World Bank - IMF


Imperialisme modern ialah sebuah kebijakan dari kelompok kekuatan negara negara maju yang ingin memegang kendali perekonomian atas daerah lain agar negara itu bisa dipelihara untuk dapat terus menjalankan kebijakan ekonomi Neoliberalnya diberbagai negeri melalui berbagai skema dgn menggerakkan seluruh Instrumennya spt Lembaga-lembaga keuangan dan perdagangan globalnya; Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund-IMF),  Bank Dunia (World Bank-WB) dan, organisasi perdagangan dunia (World Trade Organization-WTO).


Apa itu IMF dan Bank Dunia?
Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia (WB) adalah dua lembaga paling kuat dalam keuangan global. Melalui persyaratan  dan resep kebijakan mereka, mereka memfasilitasi ekspor capital surplus dari pusat-pusat imperialis ke Selatan dan mendorong negara-negara sedang berkembang dan miskin tetapi kaya sumber daya ini untuk membuka ekonomi mereka kepada perusahaan-perusahaan transnasional. Ini, di antara banyak lainnya, telah melipatgandakan keuntungan bagi negara-negara imperialis dan perusahaan transnasional mereka menundukkan negara-negara Dunia Ketiga ke tingkat ketidaksetaraan dan kemerosotan ekonomi.

Jejak IMF di Indonesia
Atas pengaruh IMF, di tahun 1988 diberlakukan liberalisasi yang gila-gilaan dalam dunia perbankan. Adrianus Mooy sebagai Gubernur BI saat itu memberlakukan kebijakan yang menentukan bahwa seseorang dapat mendirikan bank dengan modal disetor hanya sebesar Rp.10 milyar saja (Saat itu kurs rupiah sekitar 1.800 per US$), kini sekitar Rp 90 miliar.  Ketika itu sangat banyak pengusaha besar pemilik konglomerat. Buat mereka Rp. 10 milyar sangat kecil. Maka dalam waktu singkat bermunculan sekitar 200 Bank. Para pemilik bank baru ini bukan bankir dan juga tidak mempunyai latar belakang atau pengalaman dalam bidang perbankan. Mereka sangat berpengalaman dan pandai dalam bidang marketing barang dagangannya saja.  Karena bukan bankir dan juga karena konglomerat selalu mengembangkan usahanya, dampaknya untuk dunia perbankan dua, yaitu uang masyarakat yang disimpan, dipercayakan pada bank milik mereka dipakai untuk membiayai perluasan usaha para konglomerat sendiri, walaupun itu melanggar ketentuan BI tentang 
Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK) - Legal Lending Limit.  Selanjutnya kita saksikan banyaknya kredit macet ketika Soedradjat Djiwandono yang menerima getahnya dari liberalisasi oleh Adrianus Mooy atas perintah IMF. 

Salah satu contoh pada skala lokal dampak pembangunan mega proyek Bank Dunia Waduk Kedung Ombo di Jawa Tengah yang tidak diikuti dengan program perlindungan bagi korban terdampak. Akibatnya, setelah 30 tahun waduk beroperasi, warga di area waduk masih terjerat dalam kubangan kemiskinan berkepanjangan. Survei tim Katadata terhadap warga terdampak yang tinggal di sekitar Waduk Kedung Ombo menunjukkan bahwa kesulitan ekonomi membuat mereka tidak bisa menambah kepemilikan barang kebutuhan rumah tangga setelah 30 tahun pembangunan waduk.

Apakah Pertemuan Tahunan IMF-WB?
Pada 12-14 Oktober 2018 IMF-WB  mengadakan pertemuan thn-an di Bali. Ini pertemuan terbesar para gubernur Bank Sentral dan Menteri Keuangan dari negara-negara anggota, eksekutif perusahaan, dan para ahli untuk membahas isu-isu pembangunan global dan menyusun kebijakan untuk memajukan korporatisasi dunia dengan dalih “pembangunan”.
Apa agenda IMF-Bank Dunia untuk pertemuan tahunan di Bali?, dengan tema “Memaksimalkan Keuangan untuk Pembangunan” (
Maximizing Finance for Development/MFD), IMF dan Bank Dunia mendorong perusahaan-perusahaan transnasional untuk mendapatkan keuntungan dari keterbelakangan global Selatan (Dunia  terbagi atas beberapa kekuatan ekonomi yang kemudian dikenal dengan istilah dunia bagian Utara dan Selatan).  Menciptakan lingkungan yang menguntungkan bagi perusahaan besar dan investor di tengah krisis keuangan yang berkepanjangan,  rendahnya kemampuan membayar utang luar negeri dan defisisit Transaksi Berjalan, menurunnya profitabilitas.  Indonesia menjadi salah satu wilayah target eksport kapital milik imperialis-imperialis modern (melalui utang dana investasi) melalui pilot Maximizing Finance for Development (MFD). Di empat Negara (termasuk Indonesia), kerja pilot MFD akan membangun pada kegiatan yang sedang berjalan untuk mengembangkan pasar modal dibawah program World Bank Group (WBG).  Membangkitkan agenda liberal untuk memprivatisasi layanan dan infrastruktur publik, membuka sektor ekonomi penting untuk bisnis asing, dan mengembalikan hak yang secara historis dimenangkan oleh orang-orang melalui perjuangan bertahun-tahun.  Lebih banyak potongan pajak dan keberpihakan melalui jaminan pemerintah untuk perusahaan besar.  Sementara itu, proyek-proyek Bank Dunia terus berdampak buruk dan merugikan kehidupan dan mata pencaharian jutaan orang,  di seluruh dunia. Masyarakat miskin perkotaan dan pedesaan, termasuk masyarakat adat, mengungsi dari komunitas mereka untuk memberi jalan bagi mega proyek.  Sumber daya alam dikuras sampai habis dan lingkungan tercemar karena proyek ekstraktif dan energi. Dalam semua ini, sektor-sektor rentan seperti petani, pekerja & sektor informal/ masyarakat marjinal, terkena dampak negatif dalam berbagai bentuk, langsung tdk langsung.  Inti dari imperialisme modern ialah kemajuan ekonomi. Imperialisme modern timbul saat industri besar membutuhkan bahan mentah yang banyak dan pasar yang luas. Mereka mencari "jajahan" untuk dijadikan sumber bahan mentah dan pasar bagi hasil-hasil industri, kemudian sebagai tempat penanaman modal bagi capital surplus.

Komentar

Postingan Populer