.....macet

Perekonomian Bangsa..."tidak ada negara bila tidak ada bangsa" 

Utang Luar Negeri

Total utang luar negeri (ULN) Republik Indonesia tahun 1997/98 – sebelum paket IMF masuk – mencapai sekitar 108 miliar dollar dengan utang LN swasta itu mencapai 65 miliar dollar AS.

Bandingkan;  berdasarkan catatan Bank Indonesia, hingga kuartal II-2015, jumlah utang luar negeri swasta mencapai US$ 169,7 miliar. Utang luar negeri pemerintah pada kuartal II-2015 sebesar US$ 134,6 miliar. Jadi total ULN negeri ini sampai kuartal II-2015 @ US$ 304,3 miliar.

Perbankan, Keuangan

Sektor perbankan, awal September2015 ini, Fitch Ratings mengeluarkan hasil stress test terhadap 9 (sembilan) bank beraset kakap. Ditemukan adanya kenaikan risiko yang harus dihadapi perbankan. Terutama meningkatnya rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) yang pada akhir Mei 2015 mencapai 2,6%. Angka ini naik di bandingkan 2013 yang berada di bawah 1,8%.
Tim Ekonom Bank Mandiri memperkirakan tekanan bisnis perbankan dari rasio kredit bermasalah (Non-Performing Loan/NPL) masih tinggi pada 2017 ini, perkiraan NPL industri perbankan akan meningkat dari akhir 2016 sebesar 2,9 persen (gross) ke level 3 persen.  Dari data Bank Indonesia, NPL untuk perdagangan dan transportasi melebihi 4 persen. Sedangkan NPL sektor pertambangan di level 3 persen.


Kesembilan bank itu adalah, Bank Mandiri, BRI, BCA, BNI, CIMB Niaga, Bank Danamon, Bank Internasional Indonesia, Bank Pan Indonesia, dan Bank OCBC NISP. Penilaian Fitch, risiko kenaikan NPL perbankan, pemicu utamanya adalah porsi kredit dalam bentuk valuta asing (valas). Dalam catatan Fitch, dilihat dari komposisi kredit valasnya, sistem perbankan Indonesia menerima tekanan paling besar jika di bandingkan bank lain di ASEAN. Risiko kenaikan NPL perbankan, pemicu utamanya adalah porsi kredit dalam bentuk valuta asing (valas). Dalam catatan Fitch, dilihat dari komposisi kredit valasnya, sistem perbankan Indonesia menerima tekanan paling besar jika di bandingkan bank lain di ASEAN. Bank Mandiri dan BNI, memiliki risiko terbesar dari sektor ini, di bandingkan bank-bank lokal lainnya. Komposisi kredit valas di kedua bank tersebut berkisar di angka 14%-15%. Banyak pejabat negara yang menuding faktor eksternal sebagai kambing hitam pelemahan rupiah. Data Bloomberg, sejak awal tahun hingga 24 Agustus 2015, pelemahan rupiah mencapai 12%. Bila disandingkan dengan negara-negara ASEAN, pelemahan rupiah kedua terjelek setelah ringgit Malaysia 18%. Sementara bath Thailand 7,6% dan peso Filipina 4,6%. Jadi, alasan apalagi? Menurut Menteri Koordinator bidang Perekonomian tentang nilai tukar rupiah melemah; "Ini semua hanya karena faktor eksternal yang membuat rupiah belum bisa menguat. Saya tidak melihat ada faktor dari domestik," papar Darmin. ...Dia lihat apa??

Komentar

  1. Jakarta, CNBC Indonesia - Bank Indonesia (BI) merilis data terbaru pembelian luar negeri Indonesia yang mencapai US $ 360,7 miliar atau sekitar Rp 5,410 triliun (US $ 1 = Rp 15.000). Angka ini utk akhir 2018

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer